Selasa, 14 Februari 2012

Valentine day...

Seumur hidupku, aku tak pernah punya relasi dengan cewek manapun. Ga pernah punya pacar atau bagaimanapun format hubungannya. Aku memang seorang jomblowan, namun bukan berarti aku tidak punya keinginan untuk mendapatkan seseorang yang bernilai di hati. Karena bagaimanapun, aku juga manusia.. aku juga ingin punya seseorang yang bisa menjadi sandaran hati, yang bisa ku sayangi, terutama di saat aku lengah, di saat aku punya kesalahan, ada seseorang yang bisa memberikan masukan untuk memperbaiki diri.
Selama aku sedang liburan di kampung halaman, aku membuka Facebook dan bertemu dengan dirinya. Aku memulai percakapan dan mulai memperkenalkan diri. Dia pun merespon dengan baik. Kami mulai berbagi nomor telpon, menghubungi satu sama yang lain, menanyakan kabarnya, kehidupannya, dan sekarang aku sudah memahami pribadinya. Betapa rasanya senang sekali ketika aku sadar bahwa ternyata aku telah begitu dalam mempelajari kehidupannya. Dan dari sana muncul perasaan untuk memahami lebih lanjut tentang dirinya.
Dan virus merah jambu kini telah menginfeksi hati. Gejalanya muncul tiap kali mengingat dirinya. Kadang galau, kadang senang.. jantung berdebar kencang saat akan menekan tombol handphone.. kalau sudah ku telpon otak sudah tidak bisa bekerja normal, yang ada hanya telinga yang ingin terus mendengar suaranya.
Ceweknya manis, sebenarnya dia rada tomboy.. namun tiap kali di telpon manjanya minta ampun.. itu selalu membuatku selalu merasa nyaman, membuatku merasa lebih tinggi walau aku sudah punya tinggi badan 180 cm. selain itu dia aktif dalam kehidupan sosialnya. Ia tidak pilih – pilih, tidak memandang kekurangan dan kelebihan seseorang sebagai standar untuk berteman. Selain itu dia juga pintar, sebagai mahasiswi keperawatan dia tergolong paham dengan apa yang ia pelajari. Itu semua yang membuatku bangga akan dirinya. Membuatku menjadi sangat ingin bertemu.
 ***
Akhirnya di hari selasa, tgl 7 bulan ini.. aku bertemu dengan nya. Awalnya aku berencana membatalkankan pertemuanku karena cuaca mendung.. hanya khawatir kalau kehujanan lagi. Namun setelah kuhubungi dan sempat “dimamai” olehnya, akhirnya berangkat juga.. dan langit mulai memainkan jebakan visual.. Kulihat langit bakal cerah, Bermodalkan jas hujan dan semangat yang membara. aku langsung berangkat dari Banjarbaru menuju Banjarmasin. Langit di depan terang benderang, aku meninggikan kecepatan sang kuda biru.. mr. Beat tampaknya tidak keberatan.. kami terus melaju bersama angin. Memang langit sepertinya sedang mengerjai kami, ribuan tetes air hujan terjun bebas turun menyerbu.. basah memang, namun hati yang membara tak mengindahkan dinginnya serangan langit.. tak ada genjatan senjata, kami melaju tanpa pikir panjang.
Semakin dijalani semakin menyenangkan, akhirnya sampai juga ke tujuan. Langit seperti bertepuk tangan atas ketangguhan kami. Memberikan konklusi dari peperangan yang terjadi. Kini sang pemenang perang wajib mendapatkan tropi kemenanganya; aku bertemu dengan dirinya. Di sebuah mesjid bernama Sabilal, kulihat dirinya berjalan keluar.. wajah manis bercahaya muncul laksana terbit sang mentari. Ia disana bersama sepupunya. Mereka berdua melihat kearahku dan mulai tersenyum.
“ini Reza kan..??” kata sepupunya.
“iya..” jawabku.
Begitu saja dialog yang terjadi.. seharusnya aku bicara lebih, namun aku masih belum bisa menguasai pikiran sendiri. Lalu berikutnya kami berjalan menuju tempat parkir.
“motornya mana..??” dia mulai berbicara..
“yang biru..” ku jawab..
Aku berteriak dalam hati.. seharusnya aku lebih bisa memancing pembicaraan.. aku adalah seorang yang fasih dalam komunikasi, aku bisa berbicara dalam 2 bahasa, ketika masih SMA aku adalah andalan kelas dalam berdebat. Aku punya gaya berpidato yang bisa memancing perhatian pendengar.. namun saat bertemu seseorang yang punya kesan spesial, aku tak punya sepatah katapun yang bisa ku eja.. mungkin aku masih terkesima akan cantiknya sang bidadari yang kini berdiri mengisi ruang mata.
Waktunya mulai membuka mulut.
“mau makan di mana..??” tanyaku dengan senyum lebih lebar..
“ga tw,, kemana aja..” jawabnya..
Aku mulai teringat di dekat mesjid itu ada jajaran warung makan lalapan yang buka dari pagi sampai malam. Dia pernah bilang suka lalapan, dan tempat yang ku pilih adalah kumpulan warung makan lalapan yang menurutku terbaik di Banjarmasin.
“kita ke Jln. Tarakan aja..” saranku.
“boleh juga..”
Masing – masing mulai menunggangi kendaraan beroda 2 nya.. aku sendirian bersama mr. Beat,, mereka bersama mio nya.. aku tidak begitu hapal jalanan di Banjarmasin, awalnya ingin mencari jalan pintas, aku malah mengambil jalan yang lebih jauh. Tapi setidaknya sampai juga.
Turun dari motor, aku bersalaman dengannya.. “yes..” seruku dalam hati. Kami duduk di kursi panjang dan saling berhadapan.. aku mulai melepas tas yang bikin penat.. mereka mulai meletakan sepasang siku mereka di atas meja.
“mesan apa ya..??” salah satu dari kami mulai memilih menu yang ada.
“hmm.. apa ya..??” akupun memasang ekspresi yg sama..
Itulah aku, aku tidak seperti laki – laki kebanyakan yang bisa menjadi “cool” dalam berbagai suasana. aku orangnya santai, dan agak kekanakan memang. Aku lebih suka terlihat seperti apa adanya. Dengan begitu ketika seseorang kenal denganku, mereka tidak akan dibingungkan dengan perubahan berikutnya.
Setelah semua memesan pilihan masing – masing. Kami mulai makan dan mengisi waktu untuk bicara sebelum suapan berikutnya datang. Itu adalah percakapan yang sedikit hening.. masalah yang terjadi adalah, aku tidak pintar memilih topik yang bagus untuk di bicarakan. Aku sedikit “to the point”, apa yang kubahas dengan seseorang biasanya selesai begitu saja. Dan aku agak sulit menyambung pembicaraan orang lain. Setelah selesai, kami memutuskan pulang.. mereka mengantarkan ku kerumahnya, sekedar berkunjung saja. Sesampai di sana, sepupunya pulang duluan. Sebenarnya aku juga mau pamit, tapi entah mengapa badan ini seperti membeku, si kuda biru juga tampak malas beranjak dari sana. Kami mulai bicara satu dengan yang lain, awalnya seperti diberi aba – aba, namun berikutnya ia tampak santai. Dan aku mulai berbicara seperti biasa.
Kami bicara banyak hal, mendengarkan ia bercerita, kadang hanya saling balas bertatap mata. yang paling kusuka adalah senyumnya.. Ada adiknya di sana yang membuat suasana lebih dekat. Ditambah ada paman bakso yang lewat,, mantap.. aku sejak tadi ingin melihat lagi wajahnya ketika makan. Lalu sedikit memanjakan dirinya dengan kata – kata yang ku punya. sesekali aku menggenggam tangannya. Tangan cewek, lembut dan kenyal seperti ga ada jaringan apapun di baliknya. Jadi kepikiran dengan orang – orang yang bisa kasar dengan cewek. Menurutku itu adalah jenis orang yang harus di waspadai. Dan aku bukan tipe laki – laki seperti itu.
Waktu terus bergulir, itu sore yang tenang di Banjarmasin. Setelah hujan melanda, hanya ada lembab udara dan ibu – ibu yang membaca Al Quran. Dari dunia maya hingga dunia nyata.. akhirnya aku bisa bertemu dan berbicara langsung. Maghrib pun menjelang, pertemuan dengannya terasa begitu singkat. Dia harus dirumah sebelum maghrib, dan aku pun harus kembali ke Banjarbaru. Akhirnya dengan banyak meminta waktu “5 menit lagi”, dengan berat hati aku berangkat pulang.
***
Hingga saat ini, aku belum sempat bertandang kembali ke kotanya. Kami masih berhubungan lewat telpon ataupun sms. Satu bulan saling berhubungan sudah cukup lama juga, tapi kami masih belum mendapat kesimpulan apa – apa. sebenarnya kami sedikit berbeda, dia adalah seseorang dengan kehidupan sosial yang tinggi, sedangkan aku cenderung penyendiri. Namun ada hal yang ku pelajari darinya, yaitu sikap terbuka. dan bila kami berhasil, aku hanya ingin dia untuk tidak menyakiti dirinya sendiri. Kadang cewek suka diam karena sesuatu, membuatnya jadi tidak mudah di tebak. Sedang aku bisa membantunya. Apapun masalahnya kalau dikerjakan bersama pasti lebih ringan.
Di hari valentine dia menginginkan sebuah hadiah dariku, yang sederhanapun tidak apa - apa. tapi aku bingung mau kasih apa.. tapi yang paling penting bagiku... semoga aku bisa bertemu lagi dengan nya... sabar aja...
^^

4 komentar: